Selasa, 14 Agustus 2012

MAJALENGKA


Nama Resmi :Kabupaten Majalengka
Ibukota :Majalengka
Provinsi :Jawa Barat
Batas Wilayah:Utara: Kabupaten IndramayuSelatan: Kabupaten CiamisBarat: Kabupaten SumedangTimur: Kabupaten Cirebon
Luas Wilayah:1.204,24 Km²
Jumlah Penduduk:1.235.769 Jiwa 
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 26, Kelurahan : 13, Desa : 323
Website:http://www.majalengkakab.go.id

(Permendagri No.66 tahun 2011)
   

Sejarah

Sekitar tahun 1480 (pertengahan abad XV) Mesehi, di Desa Sindangkasih 3 Km dari Kta Majalengka ke Selatan, bersemayam Ratu bernama Nyi Rambut Kasih keturunan Prabu Sliliwangi yang masih teguh memeluk Agama Hindu. Ratu masih bersaudara dengan Rarasantang, Kiansantang dan Walangsungsang, kesemuanya telah masuk Agama Islam.
Adanya Ratu di daerah Majalengka adalah bermula untuk menemui saudaranya di daerah Talaga bernama Raden Munding Sariageng suami dari Ratu Mayang Karuna yang waktu itu memerintah di Talaga.


Di perbatasan Majalengka - Talaga, Ratu mendengar bahwa di darah tersebut sudah masuk Islam. Sehingga mengurungkan maksudnya dan menetaplah Ratu tersebut di Sindangkasih, dengan daerahnya meliputi Sindangkasih, Kulur, Kawunghilir, Cieurih, Cicenang, Cigasong, Babakanjawa, Munjul dan Cijati.


Pemerintahannya sangat baik terutama masalah pertanian yang beliau perhatikan dan juga pengairan dari Beledug-Cicurug-Munjul dibuatnya secara teratur. Kira-kira tahun 1485 putera Raden Rangga Mantri yang bernama Dalem Panungtung diperintahkan menjadi Dalem di Majalengka, yang mana membawa akibat pemerintahan Nyi Rambut Kasih terjepit oleh pengaruh Agama Islam.
Kemudian lagi pada tahun 1489 utusan Cirebon, Pangeran Muhammad dan istrinya Siti Armilah atau Gedeng Badori diperintahkan untuk mendatangi Nyi Rambut Kasih dengan maksud agar Ratu maupun Kerajaan Sindangkasih masuk Islam dan Kerajaan Sindangkasih masuk kawasan ke Kesultanan Cirebon. Nyi Rambut Kasih menolak sehingga timbul pertempuran antara pasukan Sindangkasih dengan pasukan Kesultanan Cirebon. Kerajaan Sindangkasih menyerah dan masuk Islam, sedangkan Nyi Rambut Kasih tetap memeluk agama Hindu.
Mulai saat inilah ada Candra Sangkala Sindangkasih Sugih Mukti - tahun 1490.
ABAD XVI AGAMA ISLAM MASUK DAERAH MAJALENGKA

 

Daerah-daerah yang masuk Daerah Kesultanan Cirebon, dan telah semuanya memeluk Agama Islam adalah Pemerintahan Talaga, Maja, Majalengka. Penyebaran Agama Islam di daerah Majalengka terutama didahului dengan masuknya para Bupati kepada agama itu. Kemudian dibantu oleh penyebar-penyebar lain antaranya : Dalem Sukahurang atau Syech Abdul Jalil dan Dalem Panuntun, semua di Maja; Pangeran Suwarga di Talaga dan yang lainnya Pangeran Muhammad, Siti Armilah, Nyai Mas Lintangsari, Wiranggalaksana, Salamuddin, Puteran Eyang Tirta, Nursalim, RH Brawinata, Ibrahim, Pangeran Karawelang, Pangeran Jakarta, Sunan Rachmat di Bantarujeg dan masih banyak lagi.
Tahun 1650 Majalengka masuk pengaruh Mataram karena Cirebon telah menjadi kekuasaan Mataram. Waktu itu Cirebon dipegang oleh Panembahan Ratu II atau Sunan Girilaya.

PENGARUH SULTAN AGUNG MATARAM ABAD XVII

Tahun 1628 Tumenggung Bahureksa diperintahkan oleh Sultan Agung untuk menyerang Batavia, dengan bantuan pasukan-pasukan dari daerah-daerah manapun masalah logistiknya, juga pendirian loji-loji sebagai persediaan loistiknya di daerah Majalengka Utara, loji-loji banyak didirikan di Jatiwangi, Jatitujuh dan Ligung.
Mataram berpengaruh besar terhadap Majalengka, dimana banyak orang Mataram yang tidak sempat kembali ke tempat asalnya dan menetap di Majalengka.
Abad ke-XVII merupakan juga bagian dari pada peristiwa pertempuran Rangga Gempol yang berusaha membendung pasukan Mataram ke wilayah Priangan. Hal ini perlu diketahui bahwa wilayah Priangan akan diserahkan kepada V.O.C. (tahun 1677). Pasukan Rangga Gempol mundur ke Indramayu dan Majalengka.
Hubungan sejarah Sumedang yang menyatakan bahwa Geusan Ulun merupakan penurun para bupati Sumedang. Majalengka waktu itu masuk kekuasaan Sunan Girilaya, konon menyerahkan daerah Majalengka kepada Sunan tersebut sebagai pengganti Putri Harisbaya yang dibawa lari dari Keraton Cirebon ke Sumedang. Tahun 1684 Cirebon diserahkan Mataram kepada V.O.C. maka otomatis Majalengka masuk daerah V.O.C.

MASA PENJAJAHAN BELANDA DAN PENGHAPUSAN KEKUASAAN BUPATI ABAD XVIII

Tahun 1705, seluruh Jawa Barat masuk kekuasaan Hindia Belanda, pada tahun 1706 pemerintah kolonial menetapkan Pangeran Aria Cirebon sebagai seorang Gubernur untuk seluruh Priangan. Olehnya para bupati diberi wewenang untuk mengambil pajak dari rakyat, termasuk Majalengka bagi kepentingan upeti kepada pemerintah Belanda.
Paksaan penanaman kopi di daerah Maja, Rajagaluh dan Lemahsugih mengakibatkan banyak rakyat yang jatuh kelaparan.

MAJALENGKA PADA ABAD XIX

Tidak saja tanam paksa kopi, Pemerintah Hindia Belanda pun memaksa rakyat untuk menanam lada, tebu dan tanaman lain yang laku di pasaran Eropa. Hal ini semakin menambah berat beban rakyat sehingga kesengsaraan dan kelaparan terjadi di mana-man.
Tahun 1805 terjadi pemberontakan oleh Bagus Rangin dari Bantarjati menentang Belanda. pertempuran pun pecah dengan sengitnya di daerah Pangumbahan.
Pasukan Bagus Rangin yang berkekuatan ± 10.000 orang kalah dan terpaksa mengakui keunggulan Belanda. Tanggal 12 Juli 1812 Bagus Rangin menerima hukuman penggal kepala di kali Cimanuk dekat Karangsambung, sekarang beliau dinobatkan sebagai pahlawan. Waktu itu pada masa pemerintahan Gubernur Hindia Belanda Henrick Wiesel (1804-1808) dan dilanjutkan oleh herman Willem Daendels (1808-1811) kemudian oleh Thomas ST Raffles (1811-1816).

PEMERINTAHAN BARU DI MAJALENGKA 

Dengan bisluit Gubernur Jendral tanggal 5 Januari tahun 1819 berdirilah Keresidenan Cirebon dengan Kabupaten Cirebon, Raja Cola, Bangawan Wetan, Maja dan Kuningan. Selanjutnya Kabupaten Maja atau Kabupaten Sindangkasih menjadi Kabupaten Majalengka. 

Kabupaten Majalengka sejak tahun 1819 sampai sekarang telah mengalami 22 kali masa pemerintahan yang dipimpin oleh Bupati/Kepala Daeah. 

Geografis 
Kabupaten Majalengka terletak antara 108¡61'108¡48' Bujur Timur dan 6¡14'-7¡24' Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 
o Sebelah Barat Kabupaten Sumedang 
o Sebelah Timur Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon 
o Sebelah Utara Kabupaten Indramayu 
o Sebelah Selatan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya 
• Luas wilayah Kabupaten Majalengka : 1.204,24 Km² (120,424 ha) atau 2,71% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. 
• Wilayah Administrasi Kabupaten Majalengka terdiri atas 23 Kecamatan yang terbagi dalam 13 Kelurahan dan 317 Desa. 
• Jarak dari ibu kota Kabupaten Majalengka (kota Majalengka) ke ibu kota Propinsi Jawa Barat (kota Bandung) sekitar 110 Km dengan waktu tempuh 2-3 jam, dan jarak ke ibu kota negara (kota Jakarta) sekitar 300 Km dengan waktu tempuh perjalanan 5-6 jam. 
 
Visi 

Visi filosofis Kabupaten Majalengka adalah "terwujudnya masyarakat Sindangkasih Sugih Mukti Bagja Raharja". Visi filosofis tersebut diimplementasikan pada visi Kabupaten Majalengka Tahun 2002 - 2006 yaitu: "Majalengka Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat Tahun 2010 Berbasis Masyarakat Agamis dan Partisipatif." 
Misi 

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan lima Misi sebagai berikut : 
1. Meletakan landasan untuk menyiapkan Majalengka menjadi Kabupaten Termaju dalam bidang Agribisnis di Jawa Barat tahun 2010. 
2. Mendorong dan mengembangkan kehidupan masyarakat Kabupaten Majalengka yang agamis, maju dan berbudaya. 
3. Meningkatkan partisipasi aktif dan kemitraan yang sinergi seluruh komponen penyelenggara pemerintahan dan pembangunan menuju pemerintahan yang demokratis, bersih dan erbuka. 
4. Memantapkan Otonomi Daerah melalui peningkatan kualitas profesionalitas dan dedikasi aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 
5. Memberdayakan ekonomi rakyat dan perekonomian daerah dengan basis agribisnis, industri, pariwisata dan sektor unggulan lainnya dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. 

Arti Logo

Bentuk Lambang Daerah berupa sebuah Perisai bersudut lima bersisi hijau muda, dasar hijau muda yang di tengah-tengahnya terdapat lukisan yang terdiri dari 9 (sembilan) macam wujud benda yaitu : 
1. Batang tanpa dahan berwarna hitam putih.
2. Selendang berwarna biru muda bersisi putih bertuliskan Sindangkasih Sugih Mukti warna putih.
3. Air/sungai berwarna puti dan biru muda.
4. Bangunan 3 (tiga) suhunan berwarna kuning tua bergaris sisi hitam dan putih sejajar
੦ Gunung berwarna biru
੦ Padi berwarna kuning bergaris sisi hitam
੦ Kapas berwarna putih kuning bergaris sisi hitam
5. Kompas/mata angin berwarna hitam kuning.
6. Pita merah putih yang mengelilingi 9 (sembilan) wujud benda.

Ukuran Lambang Daerah yang berupa sebuah perisai tersebut pada point 1 di atas adalah 2 (dua) berbanding 3 (tiga). Lambang Daerah mengandung makna sebagai berikut :

1. PERISAI, Melambangkan perjuangan dalam menempuh gelombang hidup dan kehidupan dengan ranjau-ranjau bahaya dan aneka pertempuran lahir batin.
2. BERSUDUT LIMA, Melambangkan Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.
3. DASAR HIJAU MUDA, Melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.
4. BANTANG tanpa   dahan, tanpa  ranting,  tanpa  daun, tanpa pucuk, tegak  lurus tunggal, muncul dari  sudut  bawah perisai menjulang ke  atas  sampai ke  bawah puncak gunung, melambangkan pohon maja sebagai pohon pangkal dan asal permulaannya, yang dilambangkan dengan warna hitam dan putih berseling-seling.
5. SELENDANG dengan warna biru tua adalah suatu pelengkap pakaian wanita: melambangkan kepada masa kebesaran Ratu Nyi Rambut Kasih.
6. AIR/SUNGAI, Melambangkan  watak  jiwa  manusia  yang  tidak  pernah putus  asa,  warnanya biru muda  sebagai tanda  kesetiaan, berseling   putih   sebagai ciri kesucian
7. BANGUNAN  BERJUMLAH  (TIGA)  SUHUNAN, Melambangkan  3 (tiga)  kebutuhan  pokok hidup manusia dalam wujud benda yaitu sandang, pangan dan papan, warnanya kuning tua melambangkan kematangan jiwa.
8. GUNUNG, Sebagai lambang keagungan dengan warna biru tua perlambang keteguhan.
9. PADI, Melambangkan kemakmuran dan kejayaan daerah, warnanya kuning tua mengandung palsafah kematangan jiwa.
10. KAPAS, Melambangkan  kemakmuran  dan kejayaan  daerah,  warnanya  putih  bersih  dengan tangkai/kelopak kuning tua melambangkan pengabdian yang tulus disertai kematangan jiwa.
11. KOMPAS, disebut  juga  pedoman  melambangkan  manusia hidup harus memiliki  ketentuan  arah dan tujuan, arah yang tidak menyesatkan warnanya kuning tua menunjukkan kematangan jiwa.
12. PITA PUTIH, Melambangkan kepribadian Bangsa Indonesia.

Nilai Budaya

a. Museum Talaga Manggung

Museum Talaga Manggung berada di Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke museum ini yaitu +26 km dari pusat kota Majalengka. Akses menuju lokasi tersebut sudah baik, dimana tidak hanya bisa di tempuh oleh kendaraan pribadi melainkan dapat di tempuh oleh angkutan umum seperti Maja – Cikijing, Cikijing – Bandung dan sebagainya. Banyaknya peninggalan sejarah dari Kerajaan Talaga Manggung seperti kereta kencana, peralatan perang, dan alat kesenian, yang menjadi daya tarik tersendiri, dan adanya adat memandikan perkakas yang rutin dilaksananakan setahun sekali. Pengunjung yang datang kelokasi wisata budaya ini pada umumnya pelajar. Untuk tiket masuk pada lokasi wisata budaya ini tidak ada ketentuan biaya yang harus di keluarkan hanya sebatas sumbangan sukarela. Serta masih kurangnya fasilitas penunjang yang ada di Museum Talaga Manggung.
Selain Museum Telaga Manggung, di Kabupaten Majalengka terdapat dua tempat bersejarah lainnya seperti Monumen Perjuangan Kawunghilir (Ceper, Baki tempat sirih, peti kayu besar, dan senjata) yang berada di Desa Cigasong dan Tugu Peringatan Riwayat Bangun Rangin yang berada di Kecamatan Jatitujuh.

b. Rumah Adat Penjalin

Kabupaten Majalengka memiliki Rumah Adat Penjalin yang berada di Desa Panjalin Kidul , Kecamatan Sumberjaya yang memiliki jarak tempuh +27 Km dari pusat Kota Majalengka dengan luas +100 m2. Rumah Adat Panjalin ini merupakan peninggalan sejarah atau objek wisata budaya pada masa lampau dari Eyang Sanata, Rumah Adat Panjalin ini hampir sama dengan rumah Adat Minahasa, Rumah Adat Panjalin pada masa dulu di beri nama alas panjalin yang artinya “hutan rotan”. Rumah adat ini hampir punah karena peninggalan benda-benda yang ada sudah tidak ada karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat dan kurangnya pengelolaan. Akses menuju lokasi rumah adat panjalin ini tidak sulit namun kondisi jalan menuju lokasi tersebut kurang baik dan tidak adanya angkutan umum yang menuju lokasi wisata budaya tersebut. Pengunjung yang datang ke Rumah Adat Panjalin masih ada meskipun tidak terlalu banyak, di hari-hari tertentu seperti malam jumat adanya pengunjung yang menginap di Rumah Adat Panjalin tersebut. Tidak adanya fasilitas penunjang yang terdapat di Rumah Adat Panjalin. Untuk dapat masuk ke rumah adat panjalin iini tidak ada pungutan biaya atau tidak di kenakan tiket.

c. Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi

Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi berada di Kelurahan Pajajar, Kecamatan Rajagaluh dengan luas mencapai +3 Ha yang dibangun pada tahun 2000/2001. Jarak dari pusat Kota Majalengka menuju lokasi objek wisata  +21km. Patilasan Prabu Siliwangi pada zaman dahulu merupakan suatu tempat peristirahatan Prabu Siliwangi dan konon katanya menurut masyarakat sekitar merupakan tempat menghilangnya Prabu Siliwangi. Dalam kawasan wisata ini terdapat dua talaga (Talaga Emas dan Talaga Pancuran) yang dianggap airnya suci oleh masyarakat sekitar dan pengunjung, sehingga sebelum melakukan ritual di patilasan tersebut pengunjung diharuskan mandi bersih di dua talaga tersebut. Selain talaga dan patilasan Prabu Siliwangi, dikawasan wisata ini juga terdapat pohon bambu peninggalan soekarno yang dari tahun ke tahun berjumlah 5 buah (tumbuh 1, mati 1) serta adanya kolam pemandian bagi pengunjung. Selain keindahan alam, pengunjung dapat menyaksikan kera-kera liar di sekitar kawasan ini dan berbagai jenis ikan langka yang terdapat di balong Cikahuripan. Selain itu di kawasan ini terdapat arena outbond (camping), kolam renang dan situ cipadung yang berbatasan langsung dengan Desa Indrakila Kecamatan Sindang.

d. Makam Buyut Kyai Arsitem

Terletak di Desa Sumber Wetan Kecamatan Jatitujuh dengan jarak tempuh +37 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +450 m2. Objek wisata ini merupakan wisata budaya (ziarah) yang merupakan makam Buyut Kyai Arsitem dipercaya oleh masyarakat akan mendapat berkah setelah berziarah ke makam tersebut. Makam ini ada hubungannya dengan sumur sindu, setiap pengunjung yang datang harus mandi di sumur sindu untuk membersihkan atau mensucikan diri kemudian berziarah ke Makam Buyut Kyai Arsitem. Akses menuju lokasi tersebut kurang baik seperti jalan yang rusak dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak hanya dari Kabupaten Majalengka melainkan dari kabupaten-kabupaten di sekitarnya seperti dari Kabupaten Indramayu.

e. Makam Eyang Natakhusuma

Eyang Natakhusuma merupakan tokoh sejarah kebudayaan pada masa kerajaan Talaga Manggung. Makam Eyang Natakhusuma Terletak di Desa Talaga Wetan Kecamatan Talaga dengan jarak tempuh +26 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +2 Ha. Akses menuju lokasi Makam Eyang Natkhusuma kurang baik dimana kondisi jalannya berupa jalan tanah. Fasilitas yang ada di lokasi tersebut  masih kurang memadai seperti lahan parkir dan fasilitas lainnya. Pengunjung yang datang untuk berziarah ke lokasi tersebut bukan hanya dari Kabupaten Majalengka saja melainkan dari luar Kabupaten Majalengka seperti dari Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu.

f. Makam Buyut Israh

Terletak di Desa Sukasari Kidul Kecamatan Argapura dengan jarak tempuh +15 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +2 Ha. Akses menuju lokasi Makam Buyut Israh kurang baik dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut, melainkan hanya ada ojek. Pengunjung yang datang ke Makam Buyut Israh pada hari biasa hanya beberapa orang saja, namun pada bulan tertentu seperti bulan rayagung pengunjung yang datang ke lokasi terebut bisa mencapai 500 orang/hari, dan adanya sebuah hajat yang disuguhkan oleh pengelola makam Buyut Israh tersebut. Fasilitas dilokasi tersebut hanya terbatas seperti hanya ada toilet, dan musola. Pada umumnya pengunjung yang datang hanya untuk berziarah dan meminta keberkahan.

g. Sumur Sindu

Terletak di Desa Sumber Wetan Kecamatan Jatitujuh dengan jarak tempuh +37 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +150 m2. Objek wisata ini merupakan peninggalan budaya yang merupakan sebuah sumur keramat yang airnya dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk membersihkan atau mensucikan diri. Akses menuju lokasi tersebut kurang baik seperti jalan yang rusak dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut. Fasilitas di objek wisata budaya ini sangat kurang. Untuk pengunjung yang datang ke lokasi wisata budaya tersebut relatif banyak, untuk hari malam jumat kliwon mencapai 10-50 orang, sedangkan untuk hari besar seperti muludan mencapai 100 orang pengunjung yang datang dan dari pihak pengelola atau kuncen menyuguhkan wayang kulit sebagai hiburan pengunjung. Tiket untuk masuk ke lokasi tersebut tidak di target melainkan hanya sebatas infak.

h. Sumur Dalem

Sumur Dalem terletak di Desa Pilangsari Kecamatan Jatitujuh dengan jarak tempuh +33 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +100 m2.  Objek wisata ini merupakan objek wisata budaya yang merupakan sebuah sumur keramat yang airnya dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk memintah berkah. Akses menuju lokasi tersebut kurang baik seperti jalan yang rusak dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut, selain itu lokasi yang berada di tengah hutan dan jauh dari pemukiman warga sekitar. Namun pengunjung yang datang ke tempat lokasi wisata budaya tersebut masih ada, setiap pengunjung yang datang ke tempat wisata tersebut di antar oleh juru kunci (kuncen).

i. Makam Pangeran Muhammad

Makam Pangeran Muhamad yang menempati area seluas sekitar 4.150 m² terletak di Kampung Cicurug, Desa Cicurug – Kabupaten Majalengka. Di tengah area persawahan di daerah perbukitan yang berjarak sekitar 3 km dari pusat Kota Majalengka. Pangeran Muhammad merupakan utusan Sunan Gunung Djati dalam menyebarkan agama Islam di daerah Majalengka. Area pemakamannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu  halaman parkir, halaman yang berisi makam-makam juru kunci, dan makam Pangeran Muhamad. Makam Pangeran Muhamad terletak di bagian paling belakang atau paling utara. Di sini Anda akan mendapatkan satu bangunan cungkup permanen berukuran 5 x 6 m, berlantai keramik putih, dan beratap genting. Makamnya ditandai dengan adanya jirat dan dua nisan yang terletak di bagian utara dan selatan jirat. Jirat tersebut merupakan bangunan berdenah segi empat berteras tiga. Jirat dibuat dari bahan permanen dengan permukaan dilapisi keramik. Nisan dibuat dari batu pipih dengan bentuk dasar segi empat dan pada bagian atas berbentuk undakan yang diakhiri bentuk rata pada bagian atasnya. Uniknya, makam ditutup dengan kelambu berwarna putih yang disangga empat tiang besi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar