KOTA KUDUS

Spiritualitas Dinamika Kehidupan Masyarakat Kudus Modern (Cerita Rakyat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku)

Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang letaknya di pantai utara Jawa, yang dikategorikan sebagai kota kuno, yang dikenal sebagai kota bersejarah. Hal ini terbukti banyak peninggalan sejarah, kepurbakalaan, cagar budaya, tradisi dan adat istiadat leluhur. Terutama, pada transisi agama Hindu ke Islam, yaitu masa berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa.
Perkembangan agama Islam di Kudus dan sekitarnya, yang ditokohi oleh dua dari sembilan Wali Songo, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria, meninggalkan nilai-nilai religiusitas, budaya, tradisi, dan adat istiadat, yang menjadi inspirasi gerak kehidupan masyarakat Kudus. Bahkan, nilai-nilai religiusitas, budaya, tradsisi, dan adat istiadat itu dirasakan telah mengurat akar dalam dinamika kehidupan masyarakat Kudus hingga dewasa ini.

Salah satu cerita rakyat, yang tak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Kudus, terutama terkait dengan keberadaan Sunan Muria, adalah cerita rakyat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Hingga kini, cerita rakyat Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku ini menjadi sumber spiritualitas kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Karena, dalam cerita itu mengandung nilai didik, baik dalam bidang agama/religi, moral, sosial, maupun bidang budaya. Dalam bidang agama/religi, menanmkan sikap untuk memercayai dan meyakini bahwa semua yang hidup di dunia pasti akan mati. Sehingga, setiap manusia harus meningkatkan keimanannya. Dalam bidang moral, meliputi tentang peraturan-peraturan, tingkah laku, tata krama yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila masyarakat. Di samping itu, menanamkan sikap untuk dapat menahan hawa nafsu.

Dalam bidang sosial, menamkan sikap untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Karena dengan memaksakan kehendak kepada orang lain, akan menimbulkan dapat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam bidang budaya, menanamkan sikap untuk memercayai dan meyakini bahwa apa yang telah diperintahkan orang tua tidak boleh dibantah/diabaikan. Menurut budaya Jawa, membantah/mengabaikan perintah orang tua akan mendapatkan azab, atau dalam bahasa Jawa diistilahkan kuwalat.

Sinopsis:
Sunan Muria, terkenal sebagai penyebar agama Islam, yang memiliki pondok pesantren. Di samping menguasai secara dalam pengetahuan tentang ke-Islam-an, Sunan Muria juga terkenal menguasai ilmu kanuragan. Itulah sebabnya, banyak santri dari berbagai tempat yang berguru kepada Sunan Muria.

Salah satu santri Sunan Muria yang pandai dan berwajah tampan adalah Raden Bagus Rinangku. Raden Bagus Rinangku, putra bangsawan Mataram. Dan, karena kepandaian dan ketampanannya itu, salah satu putri Sunan Muria jatuh cinta. Ia bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih, yang cantik jelita.

Kedua muda-mudi itu akhirnya berjanji sehidup semati. Akan tetapi, janji kesetiaan itu didengar oleh Sunan Muria. Sunan Muria tidak mengizinkan hubungan mereka karena Raden Ayu Dewi Nawangsih telah dijodohkan dengan Cebolek, santri yang berasal dari Desa Kajen, Kabupaten Pati. Akan tetapi, Raden Ayu Dewi Nawangsih tidak menyukai Cebolek.

Karena hububugan Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku semakin menjadi-jadi, Sunan Muria akhirnya memberikan tugas-tugas yang berat untuk Raden Bagus Rinangku agar mereka berpisah. Tugas yang pertama, Raden Bagus Rinangku harus memberantas para perampok yang ada di sekitar Muria. Maksud Sunan Muria, biarlah Raden Bagus Rinangku tewas oleh para perampok yang terkenal kejam itu. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya, Raden Bagus Rinangku mengalahkan para perampok itu.

Maka, Sunan Muria memberi tugas yang lebih berat lagi. Yakni, Raden Bagus Rinangku disuruh menjaga padi dari serangan burung-burung, yang ada di Dukuh Masin, Kandangmas. Tetapi, kesempatan itu justru dimanfaatkan oleh Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku untuk memadu asmara. Gerak-gerik mereka ternyata diikuti terus oleh Cebolek. Apa yang dilihat Cebolek dilaporkan kepada Sunan Muria dengan ditambahi hasutan-hasutan.

Mendengar laporan itu, Sunan Muria akhirnya membuktikan sendiri, datang ke Dukuh Masin. Benar yang dilihat Sunan Muria, Raden Ayu Dewi Nawangsih sedang memadu asmara dengan Raden Bagus Rinangku. Oleh karena itu, Sunan Muria melepaskan panah ke arah Raden Bagus Rinangku. Tewaslah Raden Bagus Rinangku. Melihat kekasihnya mati, Raden Ayu Dewi Nawangsih menubruk tubuh kekasihnya itu. Naas, panah yang menembus dada Raden bagus Rinangku hingga ke punggungnya, menembus dada Raden Ayu Dewi Nawangsih. Tewaslah is serupa kekasihnya.

Kematian kedua muda-mudi itu menggemparkan masyarakat Dukuh Masin. Itulah sebabnya, ketika acara pemakaman keduanya, masyarakat Dukuh Masin berdatangan turut memberi penghormatan terakhir. Bahkan, tentara Mataram pun berdatangan. Hingga usai pemakaman, orang-orang, termasuk tentara Mataram, masih terlarut dalam suasana duka yang senyap. Melihat suasana itu, Sunan Muria berucap, orang-orang itu berdiri diam seperti pohon jati. Maka, berubahlah orang-orang menjadi pohon jati mengelilingi makam.

Sejak itu, masyarakat Dukuh Masin Khususnya dan masyarakat pada umumnya, meyakini makam Raden Ayu dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, keramat. Mereka datang berziarah, untuk menyampaikan permohonan kepada Sang Khalik dan mengungkapkan rasa syukur karena usaha/keinginan terwujud. Tradisi begitu hingga kini tetap berlangsung.

Fragmen-fragmen:
  • Keluarga Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, Putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama sewaktu kecil, Raden Prawoto. Beliau salah satu anggota Wali Songo, penyebar agama Islam di Jawa. Karena tempat tinggal dan padepokannya di atas gunung sekitar Muria, maka beliau sampai sekarang dikenal dengan nama Sunan Muria. Sunan Muria menikah dengan seorang wanita jelita bernama Dewi Sujinah, Putri Sunan Ngudung. Di samping memiliki putra bernama Pangeran Santri, Sunan Muria juga mempunyai putri, bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih, yang cantik jelita.

Sebagai putri seorang Sunan, Raden Ayu Dewi Nawangsih, hidupnya selalu didampingi oleh dayang-dayang. Dayang-dayang bertugas memberi pelayanan kepada Raden Ayu Dewi Nawangsih, mulai dari makanan, minuman, sampai persiapan-persiapan untuk berhias diri. Raden Ayu Dewi Nawangsih, salah satu kesenangannya memang merias diri.

  • Padepokan Sunan Muria
Padepokan Sunan Muria dibangun di atas gunung sekitar Muria. Suasana lingkungan padepokan yang asri dan selalu segar, sangat efektif bagi Sunan Muria memberikan pelajaran Islam, tetapi juga belajar tentang ilmu kanuragan. Mereka tidak hanya datang dari Kudus, tetapi ada yang datang dari tempat-tempat jauh. Seperti santri Cebolek, ia berasal dari Kajen, desa yang berada di wilayah Pati. Ada juga yang berasal dari keluarga bangsawan Mataram, yakni santri Raden Bagus Rinangku.

Beragamnya latar belakang santri-santri Sunan Muria, menunjukkan bahwa padepokan Sunan Muria bersifat inklusif, terbuka bagi semua. Padepokan dengan demikian menjadi media membangun hubungan sosial kemasyarakatan secara akrab, dari berbagai lapisan masyarakat.

  • Prajurit Mataram
Prajurit Mataram gagah perkasa. Telah terbiasa menghadapi musuh-musuh yang kejam. Tetapi, karena kepiawaian berstrategi perang dan semangat nasionalisme yang tinggi, sekuat apa pun musuh dapat dihalau. Di antara mereka ada Raden Bagus Rinangku, yang gagah, pintar, dan tampan. Meski begitu, Raden Bagus Rinangku tetap ingin mengenyam banyak ilmu. Maka, ia pun berguru kepada Sunan Muria, menjadi santri di padepokannya. Raden Bagus Rinangku putra seorang bangsawan Mataram.

  • Penduduk Dukuh Masin
Penduduk Dukuh/Dusun Masin, keberadaannya tak jauh berbeda dengan penduduk ketiga dukuh/dusun lain yang berada di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Desa Kandangmas, yang luasnya sekitar 1.291.392 hektar itu, terdiri atas tanah sawah, tanah kering, dan tanah fasilitas umum. Sehingga, lahannya sangat potensial untuk perkebunan dan pertanian.

Itulah sebabnya, penduduk Kandangmas, termasuk penduduk Dukuh Masin, bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh industri, buruh bangunan, buruh angkut; dan beberapa menjadi pengusaha, pegawai negeri (sipil/TNI), pensiunan. Mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh industri karena di Kabupaten Kudus banyak terdapat industri seperti indistri rokok, jenang, konveksi, dan lain-lain.

Merasa keberlangsungan hidupnya tak dapat lepas dari keberagaman alam, lingkungan, bahkan warisan leluhur, masyarakat Dukuh Masin sangat menghormatinya. Menjadikan alam, lingkungan, dan warisan pendahulu itu sebagai spirit hidup hingga sekarang. Masyarakat merasa kurang sejahtera, kurang nyaman, kurang lengkap hidupnya jika tidak membangun komunikasi secara intensif dengan alam, lingkungan, dan tradisi-tradisi lokal.

Melalui ikhtiar spiritual itu, masyarakat Dukuh Masin khususnya dan masyarakat Desa Kandangmas umumnya, dapat menemukan nilai-nilai kearifan lokal. Yang, dapat menuntun hidup menuju jalan-jalan benar Sang Khalik.

  • Makam Masin; Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku
Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku berada di dalam cungkup, yang ditutup dengan kelambu/luwur berwarna putih. Di dalam cungkup tersebut beraroma harum bunga yang digunakan untuk berziarah di makam tersebut. Makam tersebut terletak di daerah pegunungan, di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, yang dikelilingi pohon-pohon jati. Konon, pohon-pohon jati itu jelmaan pelayat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan raden Bagus Rinangku, karena disabda oleh Sunan Muria.

Oleh karena itu, pohon-pohon jati itu dikeramatkan oleh masyarakat, tak hanya masyarakat Desa kandangmas, tetapi juga masyarakat luar. Sehingga, tidak ada seorang pun berani mengganggu keberadaan pohon jati tersebut. Karena kondisi makam dikelilingi banyak pohon jati yang besar-besar, keadaan makam tampak indah dan sejuk, suasana hening, apalagi ditimpuh kicau burung, jelas menambah ketenangan dan kekhusukan para peziarah.

Makam itu banyak dikunjungi peziarah pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Peziarah umumnya mendoakan arwah Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Selain itu, mereka berdoa untuk meminta keselamatan, mendapatkan jodoh, meminta rezeki, dagangan laris, dapat pekerjaan, sembuh dari sakit, sawah bisa panen, dan lain-lain. Doa-doa itu mereka yakini terkabul karena mereka menganggap Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku dekat dengan Allah.

Hingga kini, masyarakat masih memiliki keyakinan bahwa hajatan akan berjalan lancar jika masyarakat mengadakan “manganan” di makam itu. Baik itu hajatan hendak membuat rumah, menikah, maupun khitanan. Bahkan, kalau selesai membangun rumah, masyarakat akan merasa sejahtera jika mengadakan syukuran di makam tersebut dengan memotong kambing di lokasi pemakaman. Masyarakat masa kini, modern, memiliki spirit yang kuat dalam menjalani keberlangsungan hidup manakala mengadakan laku ritual.

  • Sedekah Kubur
Sedekah kubur di makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Masin tepat sebelum memasuki Ramadhan. Dalam sedekah kubur ini, masyarakat umumnya membawa ingkung ayam dan tumpeng. Ingkung ayam yang terkumpul sangat banyak. Bahkan, biasanya sebagian paha ingkung ayam dikumpulkan menjadi satu dibentuk menyerupai gunung. Hadir dalam acara sedekah kubur para pejabat pemerintah daerah setempat.

Orang-orang keturunan Dukuh Masin, meskipun telah menetap di luar daerah, dalam acara sedekah kubur, tetap hadir. Masyarakat Dukuh Masin berkumpul dalam spirit yang sama menjelang Puasa saat sedekah kubur. Yakni, menentramkan benak menyongsong kedatangan bulan suci, Ramadhan.


Menara Kudus "the holy tample"

           Mengunjungi Kota Kudus belum lengkap  rasanya tanpa  mengunjungi  Menara Kudus.  Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi  icon Kota Kudus. Pengin tahu lebih lengkap? Simak pemaparannya berikut ini.
       Masjid  Menara Kudus dikenal  juga dengan nama Masjid Al-Aqsa atau Masjid Al-Manar Berdasarkan prasasti pada sebuah batu berukuran panjang 46 cm dan lebar 30 cm yang terletak pada mihrab,kita bisa mendapatkan 4 informasi : yang pertama nama masjid ini adalah Al-Aqsa, yang kedua Masjid ini bertempat di Al-Quds (Kudus) yang ketiga masjid ini didirikan tgl 19 Radjab 956H atau 24 Agustus 1548 dan yang terakhir masjid ini didirikan oleh Syech Dja'far Shodiq (Sunan Kudus) . Konon  batu ini diambil langsung dari Baitul Maqdis di Palestina.
            Masjid ini terletak di desa Kauman Kec. Kota sekitar  1,5 km arah barat alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Mudah dijangkau dari berbagai arah. Tetapi untuk peziarah yang menggunakan bus harus parkir di lokasi parkir desa Bakalan Krapyak sekitar  1,5 km dari lokasi. Untuk sampai ke Masjid  Menara bisa menggunakan jasa ojek  atau angkutan wisata  atau kalo mau jalan kaki juga bisa.
Di pintu masuk masjid terdapat sebuah gapura yang mirip dengan bangunan candi-candi yang ada di Jawa Timur, penduduk menyebutnya sebagai Lawang Kembar.Ada cerita yang menyebutkan bahwa gapura tersebut  berasal dari peninggalan kerajaan Majapahit. Dikomplek masjid terdapat sebuah kolam peninggalan purba yang dijadikan tempat  wudhu pria, ada 8 buah pancuran  berbentuk kepala arca yang konon mengadopsi keyakinan agama Budha tentang Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

MENARA KUDUS
            Memasuki area masjid kita akan dibuat  terpesona dengan adanya sebuah menara disebelah masjid. Menara ini tingginya sekitar 18 meter dan di bagian dasarnya berukuran 10 x 10 m, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah, 20 buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang diperkirakan dibuat pada tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian yaitu Kaki, Badan dan  Puncak bangunan. Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen, konon direkatkan dengan cara menggosokkan batu bata sampai rekat.  Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat soko guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk. Pada bagian puncak atap tajuk terdapat semacam mustoko (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada elemen arsitektur Jawa-Hindu
           Di bagian belakang masjid terdapat komplek makam Sunan Kudus beserta kerabatnya. Pintu masuk menuju makam ada di sebelah selatan masjid. Setelah melewati gapura pertama kita akan melalui pintu masuk kedua. Disini terdapat bangunan-bangunan yang menyerupai paseban. Yang terbesar dulunya dipakai Sunan Kudus sebagai tempat pertemuan dan tempat memberikan wejangan kepada santri-santrinya. Disebelah utara bangunan ada gapura kecil menuju komplek makam Sunan Kudus. Komplek pemakaman ini terdiri dari beberapa komplek pemakaman kecil yang masing-masing memiliki hubungan  dengan Sunan Kudus. Ada  komplek pemakaman  putra-putri Sunan Kudus, ada komplek pemakaman para panglima perang dan yang terbesar adalah komplek pemakaman Sunan Kudus sendiri. Uniknya semua pintu masuk tiap komplek adalah gapura yang lebih mirip dengan candi. Bahkan dinding pagar yang mengitarinya juga tersusun dari bata merah seperti candi. Ini merupakan komplek pemakaman Islam yang bercorak Hindu.
       Komplek pemakaman Sunan Kudus ini setiap harinya tidak pernah sepi dari para peziarah yang berdatangan dari berbagai tempat.Puncak keramaian terjadi tiap tanggal 10 Syura saat acara Buka Luwur atau penggantian kain di komplek makam Sunan Kudus. Penduduk biasanya berebut nasi yang dibagikan dengan dibungkus daun jati. Konon ceritanya nasi ini bisa membawa berkah sehingga ada yang menjemurnya kemudian dicampurkan sedikit-sedikit tiap kali masak nasi.

Replika Menara berbahan "Jenang Kudus"
 Masjid Menara Kudus merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan sekarang ini masuk dalam salah satu cagar budaya yang wajib dijaga kelestariannya. Replika menara Kudus dibuat oleh Perusahaan Jenang Kudus cap “Menara” merupakan replika terbesar berbahan kue yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). Bahkan tugu identitas Kudus yang terletak di utara Kudus Extension Mall juga mengadopsi arsitektur dari Menara Kudus. Tertarik ?.. Datang aja sendiri ke lokasi.  

Parijoto membuat anak lahir cantik

Kalo kita berwisata ke Gunung Muria akan kita temukan sesuatu yang unik disana. Akan banyak kita jumpai pedagang yang menawarkan buah yang tidak terdapat ditempat lain yaitu parijoto. Parijoto merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-2 meter, berdaun tunggal  berbentuk lonjong  dengan panjang 10-20 cm, bisa juga dijadikan tanaman bunga karena mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan khusus. 

Tanaman ini tumbuh di wilayah pegunungan  dengan ketingian 800 – 2300 m dari pemukaan laut serta memiliki kelembaban udara dan tanah berhumus tinggi. Nama latinnya adalah  “Medinella speciosa L.” Dikalangan masyarakat pedesaan (terutama yang berada di wilayah dataran tinggi), Parijoto terkenal akan manfaatnya yang sangat beragam. Selain ampuh sebagai obat sariawan, tanaman ini juga terbukti mampu menanggulangi penyakit diare dan sangat dianjurkan bagi ibu hamil.
Dari hasil uji ilmiah ternyata buah parijoto memiliki kandungan bahan kimia saponin,  kardenolin dan flavonoid sedangkan  daunnya mengandung tanin. Dengan unsur-unsur senyawa yang terdapat di dalamnya, buah parijoto memang sangat baik jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Flavanoid  sendiri  merupakan senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Parijoto yang masih muda  buahnya berwarna  merah muda, sedangkan kalau sudah tua/masak akan berwarna ungu kemerahan. Buah parijoto rasanya agak sepet, bisa dimakan langsung atau  dirujak untuk mengurangi rasa sepetnya.
Bagi ibu-ibu yang sedang hamil buah ini dipercayai bisa membuat bayi  yang dilahirkan nantinya akan memiliki paras yang rupawan karena itu buah ini banyak dicari. Hal ini bermula dari suatu cerita bahwa pada zaman dulu ada seorang ibu muda yang sedang hamil datang ke Sunan Muria. Ia meminta agar  bayi yang dikandungnya bila lahir kelak diberi kesehatan dan keselamatan serta mempunyai paras yang cantik/elok atau tampan. Sunan Muria kemudian memetik buah parijoto yang banyak terdapat di lereng  Gunung Muria dan memberikannya kepada ibu muda yang sedang hamil tersebut. Selang beberapa waktu ibu muda tersebut melahirkan bayi yang sangat rupawan. Hingga akhirnya berita tentang buah parijoto yang berasal dari Gunung Muria berkhasiat untuk ibu hamil pun menyebar luas dan dipercaya hingga sekarang.
                Parijoto biasanya mulai berbuah antara bulan Maret hingga Mei. Satu tangkai kecil Parijoto biasa dijual seharga Rp 5.000 , kalau  setangkai agak besar harganya  Rp 10.000 , sedangkan satu ikatnya seharga Rp. 20.000,- terang Muti’ah pedagang asal Desa Japan yang sudah berjualan selama lebih dari sepuluh tahun dan biasa buka dari jam 08.30 - 17.00 sore. Ini tergantung juga dengan kepandaian kita dalam menawar. 
buah Parijoto matang
Kingdom:
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio:
Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio:
Magnoliophyta (berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas:
Rosidae
Ordo:
Myrtales
Familia:
Melastomataceae
Genus:
Medinella
Spesies:
Medinella speciosa L.

Ciri fisik :
Merupakan tanaman perdu, tegak, tinggi 1-2 meter, berdaun tunggal panjang 10-20 cm.

Ekologi dan penyebaran :
Merupakan tumbuhan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan dan kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei.

Selain di lereng Gunung Muria parijoto juga terdapatdi lereng Ungaran,di daerah dataran tinggi Dieng yaitu di daerah Gunung Perahu,  Pegunungan Pakuwojo,dan  Pegunungan Nganjir

Bagian yang digunakan :
Daun dan buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.
Khasiat dan kegunaan:
Obat sariawan : buah parijoto segar sebanyak 5 gr dicuci bersih kemudian ditumbuk halus dan dilarutkan dalam 100ml air matang. Gunakan untuk berkumur-kumur, sisanya bisa diminum.
Obat diare : daun parijoto segar sebanyak 20 gr dicuci bersih, direbus dengan 400ml air sampai mendidih selama 15 menit kemudian disaring. Setelah dingin diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
Pengin punya anak cantik/tampan ? Tidak ada salahnya kalau anda mencoba buah parijoto dari Gunung Muria.




Wisata alam Air Tiga Rasa di Rejenu


      Objek wisata Rejenu terdapat di desa Japan sebelah utara namun penduduk menyebut kawasan ini dengan nama Rejenu. Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 1150 meter dpl terletak di pegunungan Argo Jembangan sekitar 3 km dari Pesanggrahan Colo. Bagi yang suka bertualang bisa saja ditempuh dari air terjun monthel naik menyusuri  jalan setapak dihutan. Jalannya agak licin tapi ini merupakan keasyikan tersendiri. Namun bagi anda  yang tidak ingin repot  tersedia jasa ojek melalui route desa Japan dengan tarif yang terjangkau. Cukup 10 menit  anda akan sampai lokasi karena jalannya sudah dipelebar dan dilapisi beton.
        
       Setelah sampai di lokasi kita akan melalui gapura pintu masuk mirip candi yang tersusun dari batu bata merah. Di lokasi ini   anda bisa mencoba merasakan kesegaran air pegunungan yang keluar dari  tiga buah mata air . Konon, awalnya terdapat empat sumber mata air, namun untuk menghindari pengunjung melakukan ritual yang menyimpang dari ajaran Islam, salah satu sumber ditutup karena air tersebut dipercaya bisa mendatangkan berkah. Meskipun berdekatan  namun rasa dari 3 mata air tersebut berbeda-beda.Menurut mitos penduduk  jika minum dari sumber air pertama yang rasanya tawar-tawar  masam dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jika minum dari sumber mata air kedua yang ditengah rasanya mirip minuman ringan bersoda dipercaya dapat menenangkan jiwa dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi  persoalan hidup. Sedangkan sumber mata air yang ketiga tingkat keasamannya lebih tinggi  bahkan mirip minuman keras sejenis tuak, air ini  dipercaya berkhasiat untuk memperancar  rizki. Kalo ingin membawa pulang kita bisa membeli botol bekas air minum dari pedagang dilokasi tersebut.

       Di dekat lokasi air tiga rasa tersebut kita bisa menjumpai makam Syech Hasan Sadzali. Beliau adalah salah seorang ulama dari Timur Tengah yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa. Makam  ini juga banyak diziarahi orang terutama malam Jum’at dan Minggu serta hari besar Islam, bahkan ada pengunjung yang bermalam disini biasanya mereka ingin menyepi dan mencari ketenangan bathin.
Konon Syech Hasan Sadzali pernah menghadap Sunan Muria, oleh beliau disarankan agar   menuju ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya didaerah Rejenu. Kehadiran Syech Hasan Sadzali menarik minat banyak santri untuk menuntut ilmu. Karena jumlah santri terus bertambah Syech Hasan Sadzali beserta penduduk sekitar berinisiatif membangun mushola. Dibawah mushola itulah terdapat air tiga rasa yang dulunya dijadikan tempat mengambil air wudhu . Istilah air tiga rasa sebenarnya daTang dari para musyafir yang mampir ke tempat ini dan meminum  air dari ketiga sumber mata air tersebut.
Museum Kretek Kudus, wahana wisata sejarah

Museum Kretek Kudus terletak Jl. Getas Pejaten No.155 desa Getas Pejaten Kec. Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah Museum ini didirikan bertujuan untuk menunjukan bahwa Kudus merupakan saah satu pusat perkembangan industry rokok kretek di Indonesia.Dulunya Kudus harus bersaing dengan kota-kota di Jawa Timur untuk bisa mendapatkan sebutan Kota Kretek. Museum ini diresmikan pembukaannya oleh Gubernur  Jawa Tengah H. Soepardjo Roestam pada tgl 3 Oktober 1986. Di museum ini diperkenalkan mulai dari sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern.
Museum Kretek merupakan satu-satunya museum rokok di Indonesia, meskipun sekarang ini di Surabaya sudah ada House of Sampoerna.Di museum ini terpampang tokoh-tokoh yang berperan besar dalam memajukan industri rokok di Kudus seperti Nitisemito (rokok Bal Tiga), M.Atmowidjojo (rokok Goenoeng Kedoe), HM Makroef (rokok Djamboe Bol) HM Muslich (rokok Delima) H. Ali Asikin (rokok Djangkar) dan tokoh lainnya.

diorama museum kretek
Bangunan Museum Kretek ini menempati lahan seluas 2 hektar . Di depannya ada bangunan berasitektur rumah adat Kudus . Di dalam museum terdapat diorama patung-patung yang menggambarkan kehidupan dan kegiatan petani tembakau serta buruh pabrik rokok di Kudus.Ada juga berbagai macam alat dan perlengkapan pembuatan rokok. Patung-patung ini merupakan hasil karya seniman-seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik.Nantinya pada acara-acara  atau pada saat ada kunjungan khusus akan dihadirkan “Pojok Buruh Kudus” Pengembangan itu akan menampilkan sosok buruh rokok yang sedang melinting atau membatil dan para pengunjung bisa berdialog dengan mereka.Ini akan memberikan sentuhan social humanis bagi pengunjung. Sebelumnya Museum Kretek telah menggarap Pojok Kehidupan Kewirausahaan Nitisemito. Pojok itu berisi tentang peninggalan-peninggalan raja kretek Kudus Nitisemito, seperti mesin ketik, surat-surat perdagangan, dan strategi-strategi promosi.
Selain taman yang indah museum kretek kini dilengkapi dengan fasilitas wisata keluarga seperti kolam renang,, waterboom,tempat parkir yang luas, taman bermain anak, mushola dan fasilitas penunjang lainnya.Pembangunannya sendiri menghabisan dana tidak kurang dari 4 milyar. Dengan adanya berbagai fasilitas ini kunjungan wisatawan ke museum ini juga semakin meningkat. Tidak hanya wisatawan lokal bahkan mancanegara juga ada. Berdasarkan data Museum Kretek Kudus, wisatawan mancanegara yang berkunjung pada Januari-Juni 2012 sebanyak 90 orang. Mereka berasal dari Perancis, Belanda, Malaysia, Jerman, dan Korea. Sedangkan jumlah wisatawan lokal pada Januari-Juni 2012 sebanyak 22.962 orang
Museum Kretek dibuka tiap hari mulai jam 09.00-15.00WIB. Harga tiket masuk juga sangat murah, hanya Rp. 1500 pada hari biasa dan Rp. 2000 pada hari libur. Untuk wahana permainan waterboom harga tiketnya Rp. 15.000 untuk dewasa dan Rp 5000 untuk anak-anak, ada juga fasilitas mini movie ,untuk ini anda harus membayar Rp 20.000 per 15 menit untuk 20 orang. Untuk reservasi anda bisa menghubungi   (0291)440545.Murah meriah  bukan?..
Ini merupakan salah satu cara pemerintah Kabupaten Kudus  untuk menjadikan museum ini tidak hanya sebagai sarana belajar dan pemberi informasi tapi sekaligus sebagai  alternative hiburan keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar