Spiritualitas Dinamika Kehidupan Masyarakat Kudus Modern (Cerita Rakyat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku)
Perkembangan agama Islam di Kudus dan sekitarnya, yang ditokohi oleh dua dari sembilan Wali Songo, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria, meninggalkan nilai-nilai religiusitas, budaya, tradisi, dan adat istiadat, yang menjadi inspirasi gerak kehidupan masyarakat Kudus. Bahkan, nilai-nilai religiusitas, budaya, tradsisi, dan adat istiadat itu dirasakan telah mengurat akar dalam dinamika kehidupan masyarakat Kudus hingga dewasa ini.
Salah satu cerita rakyat, yang tak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Kudus, terutama terkait dengan keberadaan Sunan Muria, adalah cerita rakyat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Hingga kini, cerita rakyat Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku ini menjadi sumber spiritualitas kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Karena, dalam cerita itu mengandung nilai didik, baik dalam bidang agama/religi, moral, sosial, maupun bidang budaya. Dalam bidang agama/religi, menanmkan sikap untuk memercayai dan meyakini bahwa semua yang hidup di dunia pasti akan mati. Sehingga, setiap manusia harus meningkatkan keimanannya. Dalam bidang moral, meliputi tentang peraturan-peraturan, tingkah laku, tata krama yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila masyarakat. Di samping itu, menanamkan sikap untuk dapat menahan hawa nafsu.
Dalam bidang sosial, menamkan sikap untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Karena dengan memaksakan kehendak kepada orang lain, akan menimbulkan dapat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam bidang budaya, menanamkan sikap untuk memercayai dan meyakini bahwa apa yang telah diperintahkan orang tua tidak boleh dibantah/diabaikan. Menurut budaya Jawa, membantah/mengabaikan perintah orang tua akan mendapatkan azab, atau dalam bahasa Jawa diistilahkan kuwalat.
Sinopsis:
Sunan Muria, terkenal sebagai penyebar agama Islam, yang memiliki pondok pesantren. Di samping menguasai secara dalam pengetahuan tentang ke-Islam-an, Sunan Muria juga terkenal menguasai ilmu kanuragan. Itulah sebabnya, banyak santri dari berbagai tempat yang berguru kepada Sunan Muria.
Salah satu santri Sunan Muria yang pandai dan berwajah tampan adalah Raden Bagus Rinangku. Raden Bagus Rinangku, putra bangsawan Mataram. Dan, karena kepandaian dan ketampanannya itu, salah satu putri Sunan Muria jatuh cinta. Ia bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih, yang cantik jelita.
Kedua muda-mudi itu akhirnya berjanji sehidup semati. Akan tetapi, janji kesetiaan itu didengar oleh Sunan Muria. Sunan Muria tidak mengizinkan hubungan mereka karena Raden Ayu Dewi Nawangsih telah dijodohkan dengan Cebolek, santri yang berasal dari Desa Kajen, Kabupaten Pati. Akan tetapi, Raden Ayu Dewi Nawangsih tidak menyukai Cebolek.
Karena hububugan Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku semakin menjadi-jadi, Sunan Muria akhirnya memberikan tugas-tugas yang berat untuk Raden Bagus Rinangku agar mereka berpisah. Tugas yang pertama, Raden Bagus Rinangku harus memberantas para perampok yang ada di sekitar Muria. Maksud Sunan Muria, biarlah Raden Bagus Rinangku tewas oleh para perampok yang terkenal kejam itu. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya, Raden Bagus Rinangku mengalahkan para perampok itu.
Maka, Sunan Muria memberi tugas yang lebih berat lagi. Yakni, Raden Bagus Rinangku disuruh menjaga padi dari serangan burung-burung, yang ada di Dukuh Masin, Kandangmas. Tetapi, kesempatan itu justru dimanfaatkan oleh Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku untuk memadu asmara. Gerak-gerik mereka ternyata diikuti terus oleh Cebolek. Apa yang dilihat Cebolek dilaporkan kepada Sunan Muria dengan ditambahi hasutan-hasutan.
Mendengar laporan itu, Sunan Muria akhirnya membuktikan sendiri, datang ke Dukuh Masin. Benar yang dilihat Sunan Muria, Raden Ayu Dewi Nawangsih sedang memadu asmara dengan Raden Bagus Rinangku. Oleh karena itu, Sunan Muria melepaskan panah ke arah Raden Bagus Rinangku. Tewaslah Raden Bagus Rinangku. Melihat kekasihnya mati, Raden Ayu Dewi Nawangsih menubruk tubuh kekasihnya itu. Naas, panah yang menembus dada Raden bagus Rinangku hingga ke punggungnya, menembus dada Raden Ayu Dewi Nawangsih. Tewaslah is serupa kekasihnya.
Kematian kedua muda-mudi itu menggemparkan masyarakat Dukuh Masin. Itulah sebabnya, ketika acara pemakaman keduanya, masyarakat Dukuh Masin berdatangan turut memberi penghormatan terakhir. Bahkan, tentara Mataram pun berdatangan. Hingga usai pemakaman, orang-orang, termasuk tentara Mataram, masih terlarut dalam suasana duka yang senyap. Melihat suasana itu, Sunan Muria berucap, orang-orang itu berdiri diam seperti pohon jati. Maka, berubahlah orang-orang menjadi pohon jati mengelilingi makam.
Sejak itu, masyarakat Dukuh Masin Khususnya dan masyarakat pada umumnya, meyakini makam Raden Ayu dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, keramat. Mereka datang berziarah, untuk menyampaikan permohonan kepada Sang Khalik dan mengungkapkan rasa syukur karena usaha/keinginan terwujud. Tradisi begitu hingga kini tetap berlangsung.
Fragmen-fragmen:
- Keluarga Sunan Muria
Sebagai putri seorang Sunan, Raden Ayu Dewi Nawangsih, hidupnya selalu didampingi oleh dayang-dayang. Dayang-dayang bertugas memberi pelayanan kepada Raden Ayu Dewi Nawangsih, mulai dari makanan, minuman, sampai persiapan-persiapan untuk berhias diri. Raden Ayu Dewi Nawangsih, salah satu kesenangannya memang merias diri.
- Padepokan Sunan Muria
Beragamnya latar belakang santri-santri Sunan Muria, menunjukkan bahwa padepokan Sunan Muria bersifat inklusif, terbuka bagi semua. Padepokan dengan demikian menjadi media membangun hubungan sosial kemasyarakatan secara akrab, dari berbagai lapisan masyarakat.
- Prajurit Mataram
- Penduduk Dukuh Masin
Itulah sebabnya, penduduk Kandangmas, termasuk penduduk Dukuh Masin, bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh industri, buruh bangunan, buruh angkut; dan beberapa menjadi pengusaha, pegawai negeri (sipil/TNI), pensiunan. Mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh industri karena di Kabupaten Kudus banyak terdapat industri seperti indistri rokok, jenang, konveksi, dan lain-lain.
Merasa keberlangsungan hidupnya tak dapat lepas dari keberagaman alam, lingkungan, bahkan warisan leluhur, masyarakat Dukuh Masin sangat menghormatinya. Menjadikan alam, lingkungan, dan warisan pendahulu itu sebagai spirit hidup hingga sekarang. Masyarakat merasa kurang sejahtera, kurang nyaman, kurang lengkap hidupnya jika tidak membangun komunikasi secara intensif dengan alam, lingkungan, dan tradisi-tradisi lokal.
Melalui ikhtiar spiritual itu, masyarakat Dukuh Masin khususnya dan masyarakat Desa Kandangmas umumnya, dapat menemukan nilai-nilai kearifan lokal. Yang, dapat menuntun hidup menuju jalan-jalan benar Sang Khalik.
- Makam Masin; Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku
Oleh karena itu, pohon-pohon jati itu dikeramatkan oleh masyarakat, tak hanya masyarakat Desa kandangmas, tetapi juga masyarakat luar. Sehingga, tidak ada seorang pun berani mengganggu keberadaan pohon jati tersebut. Karena kondisi makam dikelilingi banyak pohon jati yang besar-besar, keadaan makam tampak indah dan sejuk, suasana hening, apalagi ditimpuh kicau burung, jelas menambah ketenangan dan kekhusukan para peziarah.
Makam itu banyak dikunjungi peziarah pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Peziarah umumnya mendoakan arwah Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Selain itu, mereka berdoa untuk meminta keselamatan, mendapatkan jodoh, meminta rezeki, dagangan laris, dapat pekerjaan, sembuh dari sakit, sawah bisa panen, dan lain-lain. Doa-doa itu mereka yakini terkabul karena mereka menganggap Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku dekat dengan Allah.
Hingga kini, masyarakat masih memiliki keyakinan bahwa hajatan akan berjalan lancar jika masyarakat mengadakan “manganan” di makam itu. Baik itu hajatan hendak membuat rumah, menikah, maupun khitanan. Bahkan, kalau selesai membangun rumah, masyarakat akan merasa sejahtera jika mengadakan syukuran di makam tersebut dengan memotong kambing di lokasi pemakaman. Masyarakat masa kini, modern, memiliki spirit yang kuat dalam menjalani keberlangsungan hidup manakala mengadakan laku ritual.
- Sedekah Kubur
Orang-orang keturunan Dukuh Masin, meskipun telah menetap di luar daerah, dalam acara sedekah kubur, tetap hadir. Masyarakat Dukuh Masin berkumpul dalam spirit yang sama menjelang Puasa saat sedekah kubur. Yakni, menentramkan benak menyongsong kedatangan bulan suci, Ramadhan.
Menara Kudus "the holy tample"
Mengunjungi Kota Kudus belum
lengkap rasanya tanpa mengunjungi
Menara Kudus. Salah satu bangunan
bersejarah yang menjadi icon Kota Kudus.
Pengin tahu lebih lengkap? Simak pemaparannya berikut ini.
Masjid Menara Kudus dikenal juga dengan nama Masjid Al-Aqsa atau
Masjid
Al-Manar Berdasarkan prasasti pada sebuah batu berukuran panjang 46 cm
dan
lebar 30 cm yang terletak pada mihrab,kita bisa mendapatkan 4 informasi :
yang pertama nama masjid ini adalah Al-Aqsa, yang kedua Masjid ini
bertempat di Al-Quds (Kudus) yang ketiga masjid ini didirikan tgl 19
Radjab 956H atau 24 Agustus 1548 dan yang terakhir masjid
ini didirikan oleh Syech Dja'far Shodiq (Sunan Kudus) . Konon batu ini
diambil langsung dari Baitul Maqdis
di Palestina.
Masjid
ini terletak di desa Kauman Kec. Kota sekitar
1,5 km arah barat alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Mudah dijangkau dari
berbagai arah. Tetapi untuk peziarah yang menggunakan bus harus parkir
di
lokasi parkir desa Bakalan Krapyak sekitar
1,5 km dari lokasi. Untuk sampai ke Masjid Menara bisa menggunakan jasa
ojek atau angkutan wisata atau kalo mau jalan kaki juga bisa.
Di
pintu masuk masjid terdapat sebuah gapura yang mirip dengan bangunan candi-candi
yang ada di Jawa Timur, penduduk menyebutnya sebagai Lawang Kembar.Ada
cerita yang menyebutkan bahwa gapura tersebut berasal dari peninggalan
kerajaan Majapahit. Dikomplek
masjid terdapat sebuah kolam peninggalan purba yang dijadikan tempat
wudhu pria, ada 8 buah pancuran berbentuk kepala arca yang konon
mengadopsi
keyakinan agama Budha tentang Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika
Marga.
MENARA
KUDUS
Memasuki area masjid kita akan
dibuat terpesona dengan adanya sebuah
menara disebelah masjid. Menara ini tingginya
sekitar 18 meter dan di bagian dasarnya berukuran 10 x 10 m, di sekelilingnya
dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah, 20 buah
diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon
kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam
menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang diperkirakan dibuat pada
tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya
dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3
bagian yaitu Kaki, Badan dan Puncak bangunan. Kaki dan badan menara
dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya
bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat
semen, konon direkatkan dengan cara
menggosokkan batu bata sampai rekat. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat
dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi
kayu jati dengan empat soko guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk. Pada bagian
puncak atap tajuk terdapat semacam mustoko (kepala) seperti pada puncak atap
tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk
pada elemen arsitektur Jawa-Hindu
Di
bagian belakang masjid terdapat komplek makam Sunan Kudus beserta kerabatnya.
Pintu masuk menuju makam ada di sebelah selatan masjid. Setelah melewati gapura
pertama kita akan melalui pintu masuk kedua. Disini terdapat bangunan-bangunan
yang menyerupai paseban. Yang terbesar dulunya dipakai Sunan Kudus sebagai
tempat pertemuan dan tempat memberikan wejangan kepada santri-santrinya.
Disebelah utara bangunan ada gapura kecil menuju komplek makam Sunan Kudus.
Komplek pemakaman ini terdiri dari beberapa komplek pemakaman kecil yang masing-masing
memiliki hubungan dengan Sunan Kudus.
Ada komplek pemakaman putra-putri Sunan Kudus, ada komplek pemakaman
para panglima perang dan yang terbesar adalah komplek pemakaman Sunan Kudus
sendiri. Uniknya semua pintu masuk tiap komplek adalah gapura yang lebih mirip
dengan candi. Bahkan dinding pagar yang mengitarinya juga tersusun dari bata
merah seperti candi. Ini merupakan komplek pemakaman Islam yang bercorak Hindu.
Komplek
pemakaman Sunan Kudus ini setiap harinya tidak pernah sepi dari para peziarah
yang berdatangan dari berbagai tempat.Puncak keramaian terjadi tiap tanggal 10
Syura saat acara Buka Luwur atau penggantian kain di komplek makam Sunan Kudus.
Penduduk biasanya berebut nasi yang dibagikan dengan dibungkus daun jati. Konon
ceritanya nasi ini bisa membawa berkah sehingga ada yang menjemurnya kemudian
dicampurkan sedikit-sedikit tiap kali masak nasi.
Masjid
Menara Kudus merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan sekarang
ini masuk dalam salah satu cagar budaya yang wajib dijaga kelestariannya. Replika
menara Kudus dibuat oleh Perusahaan Jenang Kudus cap “Menara” merupakan replika
terbesar berbahan kue yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri).
Bahkan tugu identitas Kudus yang terletak di utara Kudus Extension Mall juga
mengadopsi arsitektur dari Menara Kudus. Tertarik ?.. Datang aja sendiri ke
lokasi.
Replika Menara berbahan "Jenang Kudus" |
Parijoto membuat anak lahir cantik
Kalo kita berwisata ke Gunung Muria akan kita temukan sesuatu yang unik disana. Akan banyak kita jumpai pedagang yang menawarkan buah yang tidak terdapat ditempat lain yaitu parijoto. Parijoto merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-2 meter, berdaun tunggal berbentuk lonjong dengan panjang 10-20 cm, bisa juga dijadikan tanaman bunga karena mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan khusus.
Tanaman ini
tumbuh di wilayah pegunungan dengan
ketingian 800 – 2300 m dari pemukaan laut serta memiliki kelembaban udara dan
tanah berhumus tinggi. Nama latinnya adalah “Medinella speciosa L.” Dikalangan
masyarakat pedesaan (terutama yang berada di wilayah dataran tinggi), Parijoto
terkenal akan manfaatnya yang sangat beragam. Selain ampuh sebagai obat
sariawan, tanaman ini juga terbukti mampu menanggulangi penyakit diare dan
sangat dianjurkan bagi ibu hamil.
Dari hasil uji ilmiah ternyata buah parijoto memiliki kandungan bahan kimia saponin, kardenolin dan flavonoid sedangkan daunnya mengandung tanin. Dengan unsur-unsur senyawa yang terdapat di dalamnya, buah parijoto memang sangat baik jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Flavanoid sendiri merupakan senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Dari hasil uji ilmiah ternyata buah parijoto memiliki kandungan bahan kimia saponin, kardenolin dan flavonoid sedangkan daunnya mengandung tanin. Dengan unsur-unsur senyawa yang terdapat di dalamnya, buah parijoto memang sangat baik jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Flavanoid sendiri merupakan senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Parijoto yang masih muda buahnya berwarna merah muda, sedangkan kalau sudah tua/masak
akan berwarna ungu kemerahan. Buah parijoto rasanya agak sepet, bisa dimakan
langsung atau dirujak untuk mengurangi
rasa sepetnya.
Bagi ibu-ibu yang sedang hamil buah
ini dipercayai bisa membuat bayi yang
dilahirkan nantinya akan memiliki paras yang rupawan karena itu buah ini banyak
dicari. Hal ini bermula dari suatu cerita bahwa pada zaman dulu ada seorang ibu
muda yang sedang hamil datang ke Sunan Muria. Ia meminta agar bayi
yang dikandungnya bila lahir kelak diberi kesehatan dan keselamatan serta
mempunyai paras yang cantik/elok atau tampan. Sunan Muria kemudian memetik buah
parijoto yang banyak terdapat di lereng
Gunung Muria dan memberikannya kepada ibu muda yang sedang hamil tersebut.
Selang beberapa waktu ibu muda tersebut melahirkan bayi yang sangat rupawan.
Hingga akhirnya berita tentang buah parijoto yang berasal dari Gunung Muria
berkhasiat untuk ibu hamil pun menyebar luas dan dipercaya hingga
sekarang.
Parijoto biasanya mulai berbuah antara bulan Maret hingga Mei. Satu tangkai kecil Parijoto biasa dijual seharga Rp 5.000 , kalau setangkai agak besar harganya Rp 10.000 , sedangkan satu ikatnya seharga Rp. 20.000,- terang Muti’ah pedagang asal Desa Japan yang sudah berjualan selama lebih dari sepuluh tahun dan biasa buka dari jam 08.30 - 17.00 sore. Ini tergantung juga dengan kepandaian kita dalam menawar.
Parijoto biasanya mulai berbuah antara bulan Maret hingga Mei. Satu tangkai kecil Parijoto biasa dijual seharga Rp 5.000 , kalau setangkai agak besar harganya Rp 10.000 , sedangkan satu ikatnya seharga Rp. 20.000,- terang Muti’ah pedagang asal Desa Japan yang sudah berjualan selama lebih dari sepuluh tahun dan biasa buka dari jam 08.30 - 17.00 sore. Ini tergantung juga dengan kepandaian kita dalam menawar.
Kingdom:
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio:
Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio:
Magnoliophyta (berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Sub-kelas:
Rosidae
Ordo:
Myrtales
Familia:
Melastomataceae
Genus:
Medinella
Spesies:
Medinella speciosa L.
Ciri fisik :
Merupakan tanaman perdu, tegak, tinggi 1-2 meter, berdaun tunggal panjang 10-20 cm.
Ekologi dan penyebaran :
Merupakan tumbuhan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan dan kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei.
Selain di lereng Gunung Muria parijoto juga terdapatdi lereng Ungaran,di daerah dataran tinggi Dieng yaitu di daerah Gunung Perahu, Pegunungan Pakuwojo,dan Pegunungan Nganjir
Bagian yang digunakan :
Daun dan buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.
Khasiat dan kegunaan:
Obat sariawan :
buah parijoto segar sebanyak 5 gr dicuci bersih kemudian ditumbuk halus dan
dilarutkan dalam 100ml air matang. Gunakan untuk berkumur-kumur, sisanya bisa
diminum.
Obat diare : daun
parijoto segar sebanyak 20 gr dicuci bersih, direbus dengan 400ml air sampai
mendidih selama 15 menit kemudian disaring. Setelah dingin diminum 2 kali
sehari pagi dan sore.
Wisata alam Air Tiga Rasa di Rejenu
Objek wisata Rejenu terdapat di
desa Japan sebelah utara namun penduduk menyebut kawasan ini dengan nama Rejenu.
Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 1150 meter dpl terletak di pegunungan
Argo Jembangan sekitar 3 km dari Pesanggrahan Colo. Bagi yang suka bertualang
bisa saja ditempuh dari air terjun monthel naik menyusuri jalan setapak dihutan. Jalannya agak licin
tapi ini merupakan keasyikan tersendiri. Namun bagi anda yang tidak ingin repot tersedia jasa ojek melalui route desa Japan
dengan tarif yang terjangkau. Cukup 10 menit
anda akan sampai lokasi karena jalannya sudah dipelebar dan dilapisi
beton.
Setelah sampai di lokasi kita akan
melalui gapura pintu masuk mirip candi yang tersusun dari batu bata merah. Di
lokasi ini anda bisa mencoba merasakan kesegaran air
pegunungan yang keluar dari tiga buah mata
air . Konon, awalnya terdapat empat sumber mata air, namun untuk menghindari
pengunjung melakukan ritual yang menyimpang dari ajaran Islam, salah satu
sumber ditutup karena air tersebut dipercaya bisa mendatangkan berkah. Meskipun
berdekatan namun rasa dari 3 mata air
tersebut berbeda-beda.Menurut mitos penduduk
jika minum dari sumber air pertama yang rasanya tawar-tawar masam dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Jika minum dari sumber mata air kedua yang ditengah rasanya
mirip minuman ringan bersoda dipercaya dapat menenangkan jiwa dan menumbuhkan
rasa percaya diri dalam menghadapi
persoalan hidup. Sedangkan sumber mata air yang ketiga tingkat
keasamannya lebih tinggi bahkan mirip
minuman keras sejenis tuak, air ini
dipercaya berkhasiat untuk memperancar
rizki. Kalo ingin membawa pulang kita bisa membeli botol bekas air minum
dari pedagang dilokasi tersebut.
Di dekat lokasi air
tiga rasa tersebut kita bisa menjumpai makam Syech Hasan Sadzali. Beliau adalah
salah seorang ulama dari Timur Tengah yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa.
Makam ini juga banyak diziarahi orang
terutama malam Jum’at dan Minggu serta hari besar Islam, bahkan ada pengunjung yang
bermalam disini biasanya mereka ingin menyepi dan mencari ketenangan bathin.
Konon Syech Hasan
Sadzali pernah menghadap Sunan Muria, oleh beliau disarankan agar menuju
ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya didaerah Rejenu. Kehadiran Syech Hasan
Sadzali menarik minat banyak santri untuk menuntut ilmu. Karena jumlah santri
terus bertambah Syech Hasan Sadzali beserta penduduk sekitar berinisiatif membangun
mushola. Dibawah mushola itulah terdapat air tiga rasa yang dulunya dijadikan
tempat mengambil air wudhu . Istilah air tiga rasa sebenarnya daTang dari para musyafir
yang mampir ke tempat ini dan meminum air
dari ketiga sumber mata air tersebut.
Museum Kretek Kudus, wahana wisata sejarah
Museum Kretek Kudus terletak Jl.
Getas Pejaten No.155 desa Getas Pejaten Kec. Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah Museum ini didirikan bertujuan untuk menunjukan bahwa Kudus
merupakan saah satu pusat perkembangan industry rokok kretek di Indonesia.Dulunya Kudus harus bersaing dengan kota-kota di Jawa Timur untuk
bisa mendapatkan sebutan Kota Kretek. Museum ini diresmikan pembukaannya
oleh Gubernur Jawa Tengah H. Soepardjo Roestam pada tgl 3 Oktober 1986. Di museum ini
diperkenalkan mulai dari sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok
kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern.
Museum Kretek merupakan satu-satunya
museum rokok di Indonesia,
meskipun sekarang ini di Surabaya sudah ada House of Sampoerna.Di museum ini terpampang tokoh-tokoh yang
berperan besar dalam memajukan industri rokok di Kudus seperti Nitisemito (rokok Bal Tiga), M.Atmowidjojo (rokok
Goenoeng Kedoe), HM Makroef (rokok Djamboe Bol) HM Muslich (rokok Delima) H. Ali Asikin (rokok Djangkar) dan tokoh lainnya.
diorama museum kretek |
Bangunan Museum Kretek ini menempati lahan seluas 2 hektar . Di depannya
ada bangunan berasitektur rumah
adat Kudus .
Di dalam museum
terdapat diorama patung-patung yang
menggambarkan kehidupan dan kegiatan petani tembakau serta buruh pabrik rokok
di Kudus.Ada juga berbagai macam
alat dan perlengkapan pembuatan rokok.
Patung-patung ini merupakan hasil karya seniman-seniman Kudus,
khususnya dari kalangan pendidik.Nantinya
pada acara-acara atau pada saat ada kunjungan
khusus akan dihadirkan “Pojok Buruh Kudus”
Pengembangan
itu akan menampilkan sosok buruh rokok yang sedang melinting atau membatil dan
para pengunjung bisa berdialog dengan mereka.Ini akan
memberikan sentuhan social humanis bagi pengunjung. Sebelumnya Museum Kretek telah menggarap Pojok
Kehidupan Kewirausahaan Nitisemito. Pojok itu berisi tentang
peninggalan-peninggalan raja kretek Kudus Nitisemito, seperti mesin ketik,
surat-surat perdagangan, dan strategi-strategi promosi.
Selain
taman yang indah museum kretek kini dilengkapi dengan fasilitas wisata keluarga
seperti kolam renang,, waterboom,tempat parkir yang luas, taman bermain anak,
mushola dan fasilitas penunjang lainnya.Pembangunannya sendiri menghabisan dana
tidak kurang dari 4 milyar. Dengan adanya berbagai fasilitas ini kunjungan
wisatawan ke museum ini juga semakin meningkat. Tidak hanya wisatawan lokal bahkan
mancanegara juga ada. Berdasarkan data Museum Kretek Kudus, wisatawan
mancanegara yang berkunjung pada Januari-Juni 2012 sebanyak 90 orang. Mereka
berasal dari Perancis, Belanda, Malaysia, Jerman, dan Korea. Sedangkan jumlah
wisatawan lokal pada Januari-Juni 2012 sebanyak 22.962 orang
Museum
Kretek dibuka tiap hari mulai jam 09.00-15.00WIB. Harga tiket masuk juga sangat
murah, hanya Rp. 1500 pada hari biasa dan Rp. 2000 pada hari libur. Untuk
wahana permainan waterboom harga tiketnya Rp. 15.000 untuk dewasa dan Rp 5000
untuk anak-anak, ada juga fasilitas mini movie ,untuk ini anda harus membayar
Rp 20.000 per 15 menit untuk 20 orang. Untuk reservasi anda bisa
menghubungi (0291)440545.Murah meriah bukan?..
Ini merupakan salah
satu cara pemerintah Kabupaten Kudus untuk
menjadikan museum ini tidak hanya sebagai sarana belajar dan pemberi informasi
tapi sekaligus sebagai alternative hiburan
keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar