Awal dari kedatangan Ki Buyut Imbaraga
ke tanah sunda pada tahun 1800 yang bermula dari daerah Cirebon hingga ketatar
sunda merupakan asal muasal dari keberadaan Desa Beber.
Ki Buyut Imbaraga merupakan anak dari
sultan Cirebon yang bernama “PANEMBAHAN SEPUH” hasil pernikahannya dengan
seorang perempuan yang bernama “SITI HARISBAH”.
Masa kecil Ki Buyut Imbaraga dihabiskan
di Cirebon. Pada masa kanak-kanak Ki Buyut Imbaraga ditinggalkan ibunya, karena
Siti Harisbah menikah lagi dengan putra kerajaan mataram yang kemudian
mendirikan kerajaan di Sumedang yang diberi nama “SUMEDANG LARANG” kemudian Ki
Buyut Imbaraga masa kecilnya diasuh oleh kakek dan ayahnya.
Pada suatu saat ketika berjalan di
sekitar istana Ki Buyut Imbaraga melihat beberapa ekor burung, mengapa burung
ada yang kecil dan ada yang besar, kakeknya menambahkan bahwa semua makhluk hidup
dilahirkan dari seorang ibu, ibu bisa melahiorkan karena seorang ayah, tanpa
mereka kita tidak bisa lahior ke dunia ini, maka Ki Buyut Imbaraga menanyakan “Siapa
ayahku?” lalu sang kakek menunjuk ke arah sultan.yang kemudian memeluk sang sultan.
Namun karena situasi yang tidak pas disaat sang sultan sedang melakukan rapat
dengan para abdi dalem kerajaan akhiornya sang sultan menegurnya beserta kakeknya.
Tanpa pikir panjang Ki Buyut Imbaraga kabur dari istana karena tidak diinginkan
kehadirannya, sehingga Ki Buyut Imbaraga datang pada suatu tempat yang
merupakan “tempat KUDA SEMBRANI bersemayam” dia menemukan keanehan karena
terdapat kotoran kuda tetapi sang kuda tidak ada di tempat tesebut. Ki Buyut
Imbaraga menemukan rotan yang kemudian ia jadikan mainan yang percis menyerupai
kuda asli. Yang langsung membawa Ki Buyut Imbaraga jauh hingga ditengah jalan Ki
Buyut Imbaraga tertidur, dan olerh kuda tersebut Ki Buyut Imbaraga ditinggal
dan ditaruh diatas batu dekat sungai, yang kemudian ditemukan oleh prajurit
dari kerajaan Sumedang Larang. Kemudian Ki Buyut Imbaraga dibawa ke istana
tersebut. Ternyata dengan perasaan kaget siapa yang dilihatnya tidak asing
yakni “SITI HARISBAH” yang menjadi “RATU HARISBAYA” karena suaminya meninggal
dunia sehingga “RATU HARISBYA” mengambil alih kepeminpinan. Beberapa hari
kemudian Ki Buyut Imbaraga diutus ibunya untuk pulang ke Cirebon, setelah
beberapa hari ia menginap di istana. Ibunya takut jika sultan atau ayahnya
mencari Ki Buyut Imbaraga, sebelum pulang Ki Buyut Imbaraga diberi pepatah oleh
ibunya, jika pulang nanti sebelum melewati sungai Cimanuk tidak boleh menoleh
kebelakang. Karena saking penasarannya setelah melewati sungai Cimanuk ia
langsung membalikan badan, ternyata ada 4 harimau yang tadinya manusia yang diutus
oleh ibunya untuk mengantarkannya sampai sungai Cimanuk, sedangkan jalan yang
tadi ia lewati tidak ada dan berubah menjadi hutan belantara.
Karena telah melakukan perjalanan
beberapa hari, ia beristiraha di suatu hutan yang kemudian ia berminat membuat
pemukiman dan dinamakan “BABAKAN” namun pekerjannya belum selesai karena
klhawatir harus segera sampai ke Cirebon dan tidak diselesaikan akhirnya untuk
sementara ia tunda, kemudian selang beberapa hari Ki Buyut Imbaraga kembali
keselatan Sumedang untuk meneruskan pekerjaannya yang tertunda namun setibanya
disana, tempat tersebut telah di ambil alih oleh “EYANG PATUANAN” beliau
singgah dari Mataram yang kemudian berencana membuat pemukiman. Akan tetapi Ki
Buyut Imbaraga mengaku bahwa itu adalah daerah yang pertama kali ia temukan.,
tetepi Eyang Patuanan bersikukuh bahwa ia yang pertama kali menemukan daerah
tersebut.
Karena Ki Buyut Imbaraga tidak ingin ada
perang, maka ia menyerahkan daerah tersebut dengan “ipat-ipat” atau yang
disebut “sumpah”. Jika daerah itu memang temuan Eyang Patuanan maka ia dan
keluarganya akan makmur, tetapi jika bukan ia yang menemukannya maka ia akan
mendapatkan kesialan hingga keturunannya. Sehingga kemudian daerah tersebut bernama “Dukuh Rata”. Ternyata
perkataan Ki Buyut Imbaraga benar tentang temuan tersebut bahwa tempat itu
memang temuan Ki Buyut Imbaraga bukan temuan Eyang Patuanan. Terbukti dengan
seringnya kedatangan perampok ke daerah Dukuh Rata. Sehingga kemudian tempat
tersebut berubah nama menjadi “BABAKAN BERANGKOT”. kemudian Ki Buyut Imbaraga
dapat terhindar dari perampok karena sebuah benda berupa selendang panjang yang
disebut “BEUBEUR”(bahasa sunda), karena Ki Buyut Imbaraga asli orang Cirebon
tidak bisa menyebut “eu” makan dari kata “BEUBEUR” berubah manjadi “BEBER”. Maka
Ki Buyut Imbaraga berhasil bertahan di Babakab Berangkot karena bantuan dari Beubeur
tersebut yang merupakan pemberian ibunya “RATU HARISBAYA”, kemudian daerah
tersebut dinamakan “BEBER”. Hingga ia berhasil bertahan dan membuat pemukiman
di Beber tersebut hingga Ki Buyut Imbaraga menikah dan mendapat keturuna yang
bernama “BUYUT MASKINEM”. Buyut Maskinem menikah dan melahirkan seorang anak
yang diberi nama “EMBAH MASJAN” yang menurunkan tahta kekuasaan daerah Beber
dari Ki Buyut Imbaraga beserta memberikan sebuah selendang yang disebut Beubeur
secara turun temurun.
Pada tahun 1950-an terjadi pemberontakan
belanda yang dipimpin oleh “JENDRAL
WILLIAM DAENDELS” yang kemudian Beber dipindah tempat lebih ke utara karena
tempat tersebut merupakan daerah Randegan maka Randegan dipecah. Beber menjadi “KOTA
BARU” karena perpindahan tersebut. Dari tahun ketahun KOTA BARU diudah menjadi
BEBER.
- Sebelah utara Beber berbatasan dengan Randegan dan dipisahkan oleh aliran Sungai Sindupraja.
- Sebelah barat terdapat makam Buyut Maskinem.
- Sebelah selatan terdapat makam Ki Buyut Imbaraga.
Di
Beber terdapat beberapa tradisi yaitu “MUNJUNG”, yaitu mengunjungi pemakaman
disaat akan musim penanaman padi dengan membawa beberapa makanan diantaranya “NASI
TUMPENG”. Ada pula “MAPAG SRI” yaitu disaat musim panen tiba, mapag Sri sewring
dilaksanakan di makam Ki Buyut Imbaraga dengan mengadakan pagelara Wayang
Kulit. Yang dimainkan adalah Wayang Kulit, karena menurut kepercayaan
orang-orang Beber jika mengadakan pagelaran Wayang Golek akan mendapat kesialan
maka masyarakat Keturunan Beber tidak boleh memainkan atau memiliki Wayang
Golek dimanapun ia berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar